Mbak, mengapa yang mendaftar baru segini, ya?

Oh, aku kuat!

Semalaman memandangi fotonya sambil mendengarkan lagu galau diiringi air mata yang mengalir. Sampai akhirnya capek, lelah. Lalu tertidur. Pagi ketika bangun, suara terlalu serak. Mata bengkak. Oh, lebay sekali rasaku beberapa hari ini. Ah, dasar lelaki bi****. Adab mana yang pertama? Adab mana yang kedua? Hingga ada dua adab alias biadab?

Kuputuskan untuk menunda menuju kampus. Menunggu sampai suara dan mata kembali seperti sebelumnya. Setelah jam makan siang, barulah bisa kesana.

Aku bersepeda ke kampus. Ternyata hari itu cukup panas. Tapi, yang di dalam sini jauh lebih panas. Sampailah di akademik. Bertanya pada bapak di loket ”Pak, mau mendaftar yudisium, bisa?”

Lalu bapak loket mempersilahkanku masuk. Dan aku masuk. Aku menyerahkan berkas-berkas : Naskah, bukti pembayaran SPP-BOP, surat bebas pinjam perpustakaan fakultas dan universitas, surat bebas laboratorium, dan lembar-lembar lainnya. Ternyata, ada satu syarat yang kurang, fotokopi KTM. Maka aku pergi ke fakultas sebelah sekedar untuk memfotokopi lalu kembali lagi.

Semua sudah dicek dan beres.

”Mbak, ini kenapa yang mendaftar yudisium baru beberapa orang ya? Apa jangan-jangan mereka nggak tahu” tanya pak loket.

”Memangnya yang pendadaran bulan ini banyak, pak?” tanyaku.

”Iya, mbak. Banyak. Ada 50an lebih. Kenapa ya belum mendaftar yudisium? Padahal kan besok hari terakhir,” terus pak loket.

”Biasanya sih pak, mahasiswa sukanya pas terakhir-terakhiran. Jadi, mungkin besok baru ramai mendaftar, pak,” dugaku.

”Kalau kayak gitu, sebenarnya apa yang membuat lama sih mbak?” tanyanya lagi.

”Mungkin lama di surat bebas lab, pak,” jawabku. Berdasarkan pengalaman, yang paling menguras waktu memang meminta surat bebas lab di 13 lab fakultas.

”Harusnya kan bisa cepat ya mbak. Ini terus gimana ya mbak? Paling nggak kan saya bisa nyicil kerjaan. Kalau tiba-tiba besok semua ndaftarnya kan saya juga keteteran, mbak.” keluh pak loket.

”Hehehe, mungkin dipost lagi di grup FB fakultas saja pak. Tentang pendaftaran yudisium itu. Biasanya kan mahasiswa jauh lebih aktif disitu daripada di kampus,” kataku.

”Wah, mungkin begitu juga ya mbak,” pak loket masih sibuk berpikir, mengernyitkan dahi. Mengangguk-angguk

”Mari, pak. Terima kasih,” aku berpamitan pada bapak loket. Lapar. Ke kluster MIPA. Makan Batagor-siomay dan minum es jeruk. Ahhhh.. segaaaar… Setelah kemarin makan sekali saja dan hari itu tidak sarapan dan makan siang. Akhirnya ya, oh akhirnya.

 

Leave a comment