Puncaknya di Pos Dua

-Sebuah catatan tak sistematis : ‘pindah turu ning Lawu’-

Menjelang Maghrib, tiba-tiba ada sms masuk dari kakak senior.

”Posisi dimana? Nanjak dadakan mau nggak?”

Welah…. Nanjak dadakan? Aku berpikir sejenak. Masalahnya, sudah berencana ikut ke Merbabu. Lalu, aku bertanya pada kakak senior mau nanjak kemana. Dan ternyata ke Lawu. Seumur-umur belum pernah ke Lawu. Jadi dihadapkan pada dua pilihan. Merbabu atau Lawu?

Dan, akhirnya nanjak ke Lawu saja. Semoga sih dimaafkan sudah membatalkan ikut ke Merbabu.

Langsunglah packing barang untuk camping ceria di Lawu. Target? Pindah tidur. Dari dulu kala kalau naik gunung, nggak ada ambisi sampai puncak.

Dari Jogja berangkat pukul 11.40 WIB sampai di pos pendakian Cemoro Kandang menjelang maghrib. Oh men, nggak nyangka juga bisa sampai di ketinggian sekian dengan membonceng Honda Astrea Star. Oper gigi satu pokoknya. Dan cukup sekali harus lompat dari motor karena nggak kuat nanjak motornya.

Sesampainya si pos pendakian, kami (ber-6) makan di warung seberang pos. Lalu, mendaftar di pos. Per orang cuma bayar 6000 perak plus motor semalam 5000 perak. Sekitar pk 19.00 WIB penanjakan/jalan-jalan malam dimulai. Karena judulnya camping ceria, ya otomatis bawaannya ceria-ceria saja. Jalan naik, sampai di tempat yang agak lapang dan enak buat duduk-duduk, langsung istirahat. 15-30 menit ngobrol ngalor-ngidul. Lalu jalan lagi.

Kalau buatku, sebenarnya kurang greget sih. Soalnya, begitu badan lagi hot-hotnya buat jalan, harus berhenti. Pas otot udah istirahat, harus manasin lagi buat jalan. Jadinya ya, di awal mulai jalan lagi pasti ngos-ngosan. Tapi ya it’s okay lah. Namanya juga tim hore. Diajak ‘nggenepi’ dan terima beres sama skenario go with the flow.

Sampai di pos 1 sekitar pukul 20.45 WIB. Langsung istirahat sejenak. Foto-foto. Lalu jalan lagi sampai di pos 2. Kami pun nge-camp di pos 2. Sudah ada 2 tenda berdiri di pos 2. Entah anak-anak darimana. Malam yang agak-agak mblawur. Masalahnya sudah sekitar 30 jam belum tidur. Kalau dihitung dari terakhir bangun tidur sampai beranjak tidur pas di Lawu, yaitu pk. 01.00 berarti sudah 34 jam aku belum tidur.

Paginya, bangun sekitar pukul 7.00 WIB. Menggeliat kesana-kemari. Lalu membuat sarapan. Masak-masak ceria deh. Lalu santap sarapan. Foto-foto, ngobrol ngalor-ngidul lagi dan bertemu temannya teman-teman mendaki hari itu. Yap, aku cuma kenal kakak senior saja. Empat orang lainnya baru kenal pas mau mendaki. Dan kemudian ditambahi seorang lagi yang baru turun. Ternyata semalam masnya yang satu dan sendiri ini melewati camp kami tanpa tahu itu adalah kami. Jadi rencana muncaknya mas Revo gagal deh. Aku juga tadinya pengen ikut. Tapi, mau jadi berapa jam belum tidur kalau ikut naik lagi jam 2 pagi?

Selesai sarapan dan foto-foto, kamipun berkemas. Tujuan selanjutnya adalah sate kelinci. Di puncak Hargo Dumilah nggak ada sate kelinci, maka dari itu kami turun. :p

Sekitar pk. 13.00 WIB kami sudah sampai di pos pendakian Cemoro Kandang lagi. Istirahat haha-hihi. Lalu, kami hengkang dari pos menuju warung sate kelinci ‘Pak Temon’ di Tawangmangu.

Sampailah di Jogja sekiar pukul 20.30 WIB. Capek. Capeknya karena perjalanan naik motornya. Jalan mendakinya masih cincai lah.. :p Lha puncaknya aja sampai di pos dua semata. Kata kawan-kawan baru yg bikers ini dan juga kakak senior, kalau mau target puncak, mendingan lewat Cemoro Sewu. Yang kanan-kirinya batu. Jalannya sudah bagai punden berundak. Kalau Cemoro Kandang kan masih jalan tanah alami dengan vegetasi di kanan-kiri.

Yah, next time deh. Tapi masih penasaran sama Cemoro Kandang. Pasti lebih asik kalau ke puncak lewatnya jalur ini. Next time.. Iya, next time. Semoga. 😀

Leave a comment