GODAAN

Cita-cita ini berawal dari mimpi. Cita-cita ini menjadi keinginan. Keinginan meraih cita-cita. Dan cita-cita ini tak bisa diraih hanya dengan berpangku tangan dan bersenang-senang.

Memang benar kata salah satu temanku. Ketika kita sedang menyusun Skripsi, saat itulah muncul banyak godaan. Godaan untuk bermalas-malasan. Godaan untuk jalan-jalan tak jelas juntrungannya. Godaan untuk berhenti menyelesaikan skripsi. Godaan untuk dipuji.

Aku mengalaminya. Akupun tergoda. Sebagai seseorang yang beranjak dewasa, sudah banyak melakukan berbagai kesalahan. Mempelajari kesalahan harusnya membuat kita tidak mengulang kesalahan yang sama lagi. Namun, tak semudah itu. Bagaikan kalibrasi, mengkalibrasi berulang-ulang barulah mendapatkan hasil yang presisi.

Godaan bisa datang dari dalam diri sendiri. Godaan juga datang dari orang-orang di sekitar kita. Bahkan, sahabat sekalipun. Godaan bisa datang dari cita-cita lain. Godaan ini. Godaan itu. Semuanya menyerang dari segala penjuru. Harusnya kita tetap fokus pada apa yang telah kita rencanakan dan targetkan. Begitukah seharusnya? Seharusnya kita tahu mana yang penting dan tidak penting.

Lalu godaan yang datang bersamaan dan bertubi-tubi itu menyerang dengan gempuran yang hebat. Cukup baik jika aku masih berani menggempurnya. Namun, seringkali aku lemah dan jengah. Kemudian menikmati godaan yang melenakan. Kemudian, saat terbangun dari lena godaan, aku menyadari aku telah berada di tepian jurang yang curam dan tak berdasar. Dan aku terjatuh, melayang-layang tak jelas.

Aku masih melayang. Aku harap aku temukan dasarnya. Dan usahaku untuk mencapai dasar itu adalah tetap meluncur.

Leave a comment